Hanya Dua Guru di Paluta Yang Lulus Sertifikasi
Kamis,- Ribut-ribut mengenai kota yang ideal  menjadi ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumut, ternyata  muncul pendapat yang berkelayakan untuk dipertimbangkan. Nyonya M.  Hutasuhut yang lahir di Padang Sidimpuan lebih dari 40 tahun yang lalu  mengatakan, ibukota Tapsel idealnya Batang Toru. 
Berdasarkan ketetapan pemerintah pusat, kota kecamatan di Sipirok  ditetapkan menjadi ibukota Tapsel sehubungan dengan pemekaran Tapsel  menjadi beberapa kabupaten dan Padang Sidimpuan menjadi pemko yang  berdiri sendiri. Akan tetapi Bupati Tapsel, Ongku P. Hasibuan masih  tetap ngotot berkantor di Padang Sidimpuan dan berkesan seperti tidak  mau pindah dengan berbagai alasan. 
Kabupaten Tapsel yang luasnya seperempat wilayah Provinsi Sumut,  dimekarkan menjadi beberapa kabupaten dan kota. Sekitar 10 tahun yang  lalu dibentuklah Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dengan ibukota  Panyabungan, yang merupakan pemekaran pertama Tapsel. 
Pada tahun 2008 yang lalu kabupaten ini dimekarkan kembali dengan  munculnya Kabupaten Padang Lawas (Palas) yang beribukota Sibuhuan dan  Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) dengan ibukota Gunung Tua. Kota  Padang Sidimpuan naik peringkat dari kota administratif menjadi  pemerintahan kota. 
Perkembangan ini memaksa ibukota Tapsel harus pindah ke Sipirok.  Walau pun surat teguran dari Gubernur Sumut sudah dilayangkan pada  Bupati Tapsel, namun Ongku Hasibuan sepertinya tidak peduli. Ongku malah  minta dukungan dana lebih dari Rp 100 milyar pada Gubsu untuk  pembangunan  perkantoran bupati dan lahan lebih dari 140 ha dari Dep  Kehutanan untuk kompleks perkantoran. 
Menurut nyonya Hutasuhut, jarak Padang Sidimpuan dengan Batang Toru  sekitar 30 km, demikian juga jarak Sipirok dengan Padang Sidimpuan 30  km. Jika ibukota dipindahkan ke Sipirok, ada kawasan di Tapsel yang  sangat kepayahan untuk mencapai ibukota, karena terasa demikian jauh.  Untuk itu idealnya ibukota Tapsel ditetapkan di Batang Toru, jalan dari  arah Padang Sidimpuan ke Sibolga. 
Namun nyonya Hutasuhut mengakui, ia tidak berani mengkampanyekan  perubahan ibukota ini, karena kelak orang-orang Sipirok akan murka.  Masalahnya, orang-orang Sipirok sangat berharap agar ibukota kabupaten  segera dipindahkan ke tempat mereka. Sebaliknya Ongku Hasibuan yang juga  orang Sipirok malah ngotot untuk bertahan di Padang Sidimpuan.
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar